Ke Diskotek, Tewas, Diduga Overdosis
Ke Diskotek, Tewas, Diduga Overdosis
SURABAYA - Diduga overdosis (OD) narkoba, Hendro Cahyono, pemuda 24 tahun tewas di RS Adi Husada Undaan sekitar pukul 02.45 kemarin. Menurut polisi yang menangani kasus ini, Hendro mengalami OD sabu-sabu (SS) saat berada di sebuah diskotek di kawasan Surabaya Selatan. "Korban memang diduga mengalami obverdosis SS," kata Kapolsekta Genteng AKP Sudamiran, yang menangani kasus ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tempat kejadian, Hendro datang ke diskotek itu sekitar pukul 21.00, Senin malam lalu. "Korban datang bersama teman-temannya," kata Sudamiran. "Saat ini, kami juga sedang mencari teman-temannya yang sama-sama datang ke diskotek tersebut," tambahnya.
Di diskotek itulah, Hendro diduga berpesta SS bersama teman-temannya. Yang jelas, setelah itu, sekitar pukul 02.00, Hendro jatuh pingsan, dengan kondisi mulut mengeluarkan busa. Langsung saja, Hendro dilarikan ke Klinik Pusura di Jl Yos Sudarso, tak jauh dari diskotek itu.
"Pada saat di bawa ke sini (Pusura, Red), mulut korban memang sempat mengeluarkan semacam busa. Ini memang mirip tanda-tanda orang overdosis," tutur salah satu petugas di Klinik Pusura itu. Menurut petugas ini, Hendro dibawa ke Pusura oleh teman-temannya. Mereka inilah yang diduga bersama-sama Hendro ke diskotek tersebut.
Karena kondisinya gawat, petugas Klinik Pusura menyarankan agar langsung dirujuk ke RSU dr Soetomo. Tapi, entah mengapa, oleh teman-temannya, Hendro malah dilarikan ke RS Adi Husada di Undaan, yang lokasinya lebih jauh.
Dalam perjalanan ke RS Adi Husada itu, Hendro menghembuskan nafasnya yang terakhir sekitar pukul 02.45. Jenazah Hendro kemudian dilarikan ke RSU dr Soetomo untuk diotopsi.
Hingga tadi malam, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap lebih detail penyebab kematian Hendro. "Kami sedang mencari teman-teman korban. Untuk sementara, kami sekarang masih memeriksa saksi bernama Steven. Dia adalah teman korban," tutur Sudamiran.
Kepada polisi, Steven menceritakan, sekitar pukul 02.00, dia ditelepon oleh seseorang yang mengatakan bahwa Hendro sedang sakit dan dirawat di RS Adi Husada. "Saat ditelepon itu, saya sedang main biliar di Kapas Krampung. Saya saat itu langsung ke RS Adi Husada," kata Steven, seperti ditirukan oleh seorang polisi yang sempat menginterogasi pemuda itu. Tapi, saat Steven tiba di RS Adi Husada, Hendro sudah menjadi mayat. "Kami masih terus mencari teman-teman korban," kata Sudamiran.
Sekadar diketahui, di Surabaya, Hendro yang asal Baron, Nganjuk ini kos di Kalijudan VIII S. Dia kos di tempat ini sejak Mei lalu. "Dulu, dia tinggal bersama istrinya. Sekitar empat bulan lalu, istrinya dipulangkan ke Nganjuk karena hamil tua," kata Sugianto, pemilik kos-kosan di Kalijudan itu.
Menurut Sugianto, Hendro yang dikaruniai seorang anak yang masih berumur tiga bulan ini dikenal sangat pendiam. Sehari-harinya, dia bekerja swasta, menerima pesanan hiasan pagar besi. Hendro juga dikenal sering keluar malam. "Selama kos di sini, sejak ditinggal istrinya, dia sering keluar malam. Seminggu pergi, seminggu ada di kos," cerita Sugianto.
Apakah Hendro memang dikenal sebagai pecandu narkoba? Sugianto tak bisa menjawabnya. "Wah?kalau soal itu saya tidak tahu," kilahnya. "Ketika kejadian itu, saya hanya dikabari kalau Hendro mati karena kecelakaan," tambahnya.
Sementara itu, dari surat kematian yang dikeluarkan RSU dr Soetomo disebutkan, bahwa kematian Hendro karena OD. Saat diperiksa oleh dokter dari IKF (Instalasi Kedokteran Forensik), sempat ditemukan sisa-sisa SS yang menempel di hidung dan sekitar mulut korban.
"Ada sisa-sisa serbuk putih yang mencurigakan. Ketika diteliti, ternyata sabu-sabu," kata salah satu petugas dari IKF yang tak bersedia disebutkan namanya.
Dia menambahkan, dari hasil otopsi yang dilakukan, pada paru-paru dan saluran pernafasan korban ditemukan serbuk SS yang baru saja dihisap. "Hanya, kita tidak bisa memastikan, berapa gram yang telah dihisapnya," lanjutnya. Setelah diotopsi, kemarin siang jenazah korban langsung dibawa ke Nganjuk untuk dimakamkan
SURABAYA - Diduga overdosis (OD) narkoba, Hendro Cahyono, pemuda 24 tahun tewas di RS Adi Husada Undaan sekitar pukul 02.45 kemarin. Menurut polisi yang menangani kasus ini, Hendro mengalami OD sabu-sabu (SS) saat berada di sebuah diskotek di kawasan Surabaya Selatan. "Korban memang diduga mengalami obverdosis SS," kata Kapolsekta Genteng AKP Sudamiran, yang menangani kasus ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tempat kejadian, Hendro datang ke diskotek itu sekitar pukul 21.00, Senin malam lalu. "Korban datang bersama teman-temannya," kata Sudamiran. "Saat ini, kami juga sedang mencari teman-temannya yang sama-sama datang ke diskotek tersebut," tambahnya.
Di diskotek itulah, Hendro diduga berpesta SS bersama teman-temannya. Yang jelas, setelah itu, sekitar pukul 02.00, Hendro jatuh pingsan, dengan kondisi mulut mengeluarkan busa. Langsung saja, Hendro dilarikan ke Klinik Pusura di Jl Yos Sudarso, tak jauh dari diskotek itu.
"Pada saat di bawa ke sini (Pusura, Red), mulut korban memang sempat mengeluarkan semacam busa. Ini memang mirip tanda-tanda orang overdosis," tutur salah satu petugas di Klinik Pusura itu. Menurut petugas ini, Hendro dibawa ke Pusura oleh teman-temannya. Mereka inilah yang diduga bersama-sama Hendro ke diskotek tersebut.
Karena kondisinya gawat, petugas Klinik Pusura menyarankan agar langsung dirujuk ke RSU dr Soetomo. Tapi, entah mengapa, oleh teman-temannya, Hendro malah dilarikan ke RS Adi Husada di Undaan, yang lokasinya lebih jauh.
Dalam perjalanan ke RS Adi Husada itu, Hendro menghembuskan nafasnya yang terakhir sekitar pukul 02.45. Jenazah Hendro kemudian dilarikan ke RSU dr Soetomo untuk diotopsi.
Hingga tadi malam, polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap lebih detail penyebab kematian Hendro. "Kami sedang mencari teman-teman korban. Untuk sementara, kami sekarang masih memeriksa saksi bernama Steven. Dia adalah teman korban," tutur Sudamiran.
Kepada polisi, Steven menceritakan, sekitar pukul 02.00, dia ditelepon oleh seseorang yang mengatakan bahwa Hendro sedang sakit dan dirawat di RS Adi Husada. "Saat ditelepon itu, saya sedang main biliar di Kapas Krampung. Saya saat itu langsung ke RS Adi Husada," kata Steven, seperti ditirukan oleh seorang polisi yang sempat menginterogasi pemuda itu. Tapi, saat Steven tiba di RS Adi Husada, Hendro sudah menjadi mayat. "Kami masih terus mencari teman-teman korban," kata Sudamiran.
Sekadar diketahui, di Surabaya, Hendro yang asal Baron, Nganjuk ini kos di Kalijudan VIII S. Dia kos di tempat ini sejak Mei lalu. "Dulu, dia tinggal bersama istrinya. Sekitar empat bulan lalu, istrinya dipulangkan ke Nganjuk karena hamil tua," kata Sugianto, pemilik kos-kosan di Kalijudan itu.
Menurut Sugianto, Hendro yang dikaruniai seorang anak yang masih berumur tiga bulan ini dikenal sangat pendiam. Sehari-harinya, dia bekerja swasta, menerima pesanan hiasan pagar besi. Hendro juga dikenal sering keluar malam. "Selama kos di sini, sejak ditinggal istrinya, dia sering keluar malam. Seminggu pergi, seminggu ada di kos," cerita Sugianto.
Apakah Hendro memang dikenal sebagai pecandu narkoba? Sugianto tak bisa menjawabnya. "Wah?kalau soal itu saya tidak tahu," kilahnya. "Ketika kejadian itu, saya hanya dikabari kalau Hendro mati karena kecelakaan," tambahnya.
Sementara itu, dari surat kematian yang dikeluarkan RSU dr Soetomo disebutkan, bahwa kematian Hendro karena OD. Saat diperiksa oleh dokter dari IKF (Instalasi Kedokteran Forensik), sempat ditemukan sisa-sisa SS yang menempel di hidung dan sekitar mulut korban.
"Ada sisa-sisa serbuk putih yang mencurigakan. Ketika diteliti, ternyata sabu-sabu," kata salah satu petugas dari IKF yang tak bersedia disebutkan namanya.
Dia menambahkan, dari hasil otopsi yang dilakukan, pada paru-paru dan saluran pernafasan korban ditemukan serbuk SS yang baru saja dihisap. "Hanya, kita tidak bisa memastikan, berapa gram yang telah dihisapnya," lanjutnya. Setelah diotopsi, kemarin siang jenazah korban langsung dibawa ke Nganjuk untuk dimakamkan