Gempa Dahsyat Guncang Jepang
Gempa Dahsyat Guncang Jepang
TOKYO - Rakyat Jepang kembali berduka. Setelah amuk badai dan topan Tokage pekan lalu menewaskan 56 orang, gempa dahsyat giliran mengguncang Kota Ojiya, Perfektur Niigata, sekitar 200 km sebelah utara Tokyo, Sabtu malam. Sedikitnya, 21 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.100 lainnya luka-luka.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu tercatat sebagai yang terburuk dan juga paling mematikan di Jepang dalam sembilan tahun terakhir. Sebab, setelah gempa utama, tidak kurang dari 240 getaran dan guncangan lain menyusul.
Puluhan orang juga dilaporkan hilang. Jumlah mereka, termasuk korban tewas maupun luka, diperkirakan masih akan bertambah.
Kohei Kawasaki, juru bicara polisi di Niigata, semula hanya menyebut 19 orang tewas dan 877 luka-luka. Sedangkan kantor berita NHK menyatakan, korban luka 1.400 orang. Tapi, laporan terbaru pemerintah Jepang menyebut, korban luka telah mencapai lebih dari 2.000 orang.
Kemungkinan jumlah korban masih bertambah karena Badan Meteorologi Jepang memperkirakan gempa susulan berkekuatan besar akan terjadi lagi. "Ada kemungkinan guncangan lanjutan berkekuatan di atas 6,0 skala Richter akan terjadi dalam tiga hari ke depan," kata lembaga itu.
Akibat musibah ini, sedikitnya 61.000 jiwa terpaksa dievakuasi dan 300.000 rumah tidak dialiri listrik. Gempa itu bukan hanya menghancurkan rumah dan jalan serta memutus jembatan. Kereta api cepat (bullet train) Shinkanzen juga tergelincir dari rel dan terbelah.
Militer Jepang menyisiri lokasi gempa dan memberikan bantuan. Dengan helikopter, mereka menuju Kota Shiotani yang terisolasi dari daerah lain karena jembatan penghubung terputus.
Beberapa wilayah juga terisolasi akibat terputusnya jalan dan transportasi. Warga harus menunggu pasokan air bersih dan makanan dari pemerintah. "Saya lari keluar rumah saat gempa terjadi. Begitu situasi mulai tenang, kami kembali ke rumah untuk menyelamatkan yang lain. Ternyata sudah terlambat," kata Takejiro Hoshino, 75, yang kehilangan cucu laki-laki berusia 12 tahun.
Sejumlah rumah sakit dipenuhi korban luka. Bahkan, banyak yang harus dirawat di pelataran rumah sakit.
Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi mengakui, musibah itu tak terbayangkan sebelumnya. "Kerusakannya sangat hebat. Saya yakin kita tidak pernah membayangkan ini terjadi," ujarnya.
Koizumi menganggarkan dana untuk penanggulangan bencana. Pemerintah juga mempersiapkan pusat penanganan krisis untuk mengatur bantuan berupa bahan makanan, air bersih, dan keperluan lain. Bantuan itu akan didistribusikan secepatnya.
Di Tokyo sempat terjadi gempa dan guncangan susulan. Tetapi, tidak ada laporan kerusakan berarti. Beberapa pejabat mengatakan, gempa berkekuatan sama pernah terjadi di Tokyo dan menelan korban jiwa 7.000 orang. Jepang merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda gempa di dunia.
TOKYO - Rakyat Jepang kembali berduka. Setelah amuk badai dan topan Tokage pekan lalu menewaskan 56 orang, gempa dahsyat giliran mengguncang Kota Ojiya, Perfektur Niigata, sekitar 200 km sebelah utara Tokyo, Sabtu malam. Sedikitnya, 21 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.100 lainnya luka-luka.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter itu tercatat sebagai yang terburuk dan juga paling mematikan di Jepang dalam sembilan tahun terakhir. Sebab, setelah gempa utama, tidak kurang dari 240 getaran dan guncangan lain menyusul.
Puluhan orang juga dilaporkan hilang. Jumlah mereka, termasuk korban tewas maupun luka, diperkirakan masih akan bertambah.
Kohei Kawasaki, juru bicara polisi di Niigata, semula hanya menyebut 19 orang tewas dan 877 luka-luka. Sedangkan kantor berita NHK menyatakan, korban luka 1.400 orang. Tapi, laporan terbaru pemerintah Jepang menyebut, korban luka telah mencapai lebih dari 2.000 orang.
Kemungkinan jumlah korban masih bertambah karena Badan Meteorologi Jepang memperkirakan gempa susulan berkekuatan besar akan terjadi lagi. "Ada kemungkinan guncangan lanjutan berkekuatan di atas 6,0 skala Richter akan terjadi dalam tiga hari ke depan," kata lembaga itu.
Akibat musibah ini, sedikitnya 61.000 jiwa terpaksa dievakuasi dan 300.000 rumah tidak dialiri listrik. Gempa itu bukan hanya menghancurkan rumah dan jalan serta memutus jembatan. Kereta api cepat (bullet train) Shinkanzen juga tergelincir dari rel dan terbelah.
Militer Jepang menyisiri lokasi gempa dan memberikan bantuan. Dengan helikopter, mereka menuju Kota Shiotani yang terisolasi dari daerah lain karena jembatan penghubung terputus.
Beberapa wilayah juga terisolasi akibat terputusnya jalan dan transportasi. Warga harus menunggu pasokan air bersih dan makanan dari pemerintah. "Saya lari keluar rumah saat gempa terjadi. Begitu situasi mulai tenang, kami kembali ke rumah untuk menyelamatkan yang lain. Ternyata sudah terlambat," kata Takejiro Hoshino, 75, yang kehilangan cucu laki-laki berusia 12 tahun.
Sejumlah rumah sakit dipenuhi korban luka. Bahkan, banyak yang harus dirawat di pelataran rumah sakit.
Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi mengakui, musibah itu tak terbayangkan sebelumnya. "Kerusakannya sangat hebat. Saya yakin kita tidak pernah membayangkan ini terjadi," ujarnya.
Koizumi menganggarkan dana untuk penanggulangan bencana. Pemerintah juga mempersiapkan pusat penanganan krisis untuk mengatur bantuan berupa bahan makanan, air bersih, dan keperluan lain. Bantuan itu akan didistribusikan secepatnya.
Di Tokyo sempat terjadi gempa dan guncangan susulan. Tetapi, tidak ada laporan kerusakan berarti. Beberapa pejabat mengatakan, gempa berkekuatan sama pernah terjadi di Tokyo dan menelan korban jiwa 7.000 orang. Jepang merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda gempa di dunia.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home